BOJONEGORO, Wartagres.Com – Setelah lima tahun pengabdian, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah mempersembahkan sebuah buku berjudul Membangun Sejak dalam Pikiran, Pembangunan dari Titik Paling Pinggir Menuju Masyarakat Modern. Acara Resensi Buku yang dilaksanakan di Pendopo Malowopati, Sabtu (23/9/2023) malam berlangsung penuh keakraban dan memberi inspirasi. Buku ini bersampul putih eksklusif dengan gambar Bupati Anna menaiki motor trail ber-plat S1AB.
Bupati Anna menjadi Bupati Perempuan Pertama di Kabupaten Bojonegoro. Bu Anna menuliskan gagasan-gagasannya tentang pembangunan progresif. Buku ini berisi segudang pengalaman Anna Mu’awanah dalam menjalankan tugas sebagai Bupati. Jam terbang sebagai legislator yang menangani berbagai bidang membuatnya sangat menguasai medan ketika mendapatkan amanat masyarakat Bojonegoro untuk memimpin.
Dan gagasan-gagasan kepemimpinannya dia bagi melalui buku ini-sebagai materi berbagi dan berdiskusi, demi kemajuan pembangunan seluruh daerah di Indonesia. Buku ini sangat cocok untuk dibaca siapa pun yang mencita-citakan perubahan secara progresif.
Ketua Dewan TIK Bojonegoro, Budi Irhadtanto saat meresensi buku ini menggali pesan dengan dimulai dari judul buku. ‘Membangun Sejak Dalam Pikiran’ artinya sudah dari awal diniatkan untuk membangun. Sementara, kendaraan motor trail pada sampulnya menggambarkan kendaraan yang bisa menjangkau semua titik paling ujung. Berbeda esensinya jika menggunakan mobil yang identik dengan wilayah perkotaan.
“Buku setebal 350 halaman ditulis Bupati Anna dan launching di akhir masa jabatan. Ini pertama kali pimpinan menuangkan gagasan melalui buku yang berisikan permasalahan di Bojonegoro, problem solving hingga skala prioritas dan bagaimana pemahanan pemimpin dalam memimpin Bojonegoro. Buku ini akan memberikan wawasan luar biasa,” jelas pria yang akrab disapa Totok ini.
Pada Bab 1, lanjut dia, berisi tentang infrastruktur. Dengan sub judul Membangun Infrastruktur Membangun Harapan. Dalam membangun jangan sampai ada harapan yang mati. Utamanya infrastruktur ialah membangkitkan harapan. Terlihat dr akses jalan, jembatan, drainase, hingga trotoar.
“Kelebihan buku ini, pimpinan biasanya tidak berani mengambil risiko. Contohnya soal drainase. Selain itu, infrastruktur lintas sektoral seperti jembatan juga perlu kerjasama kabupaten tetangga dan pemerintah pusat. Semuanya untuk masyarakat Bojonegoro,” tuturnya.
Pada Bab 2 dengan sub judul Membuka Kesempatan Ekonomi. Terlihat skala prioritas kedua yaitu ekonomi. Ada kecermatan penulis menentukan skala prioritas. Ekonomi ini juga berkaitan dengan adanya infrastruktur. Tanpa infrastruktur yang memadai, ekonomi tidak bisa berjalan lancar.
Sementara pada Bab 3 dengan sub judul Peningkatan IPM dengan Berbagai Terobosan. Sistem bagus, SDM bagus, maka keduanya bisa berjalan dengan lancar. SDM unggul inipun tak lepas dari pendidikan.
“Bagusnya, buku ini memotret semua permasalahan,” imbuhnya.
Pada Bab 4 dengan sub judul Masyarakat Sehat Negara Kuat. Peningkatan akses kesehatan, ketersediaan rumah sakit serta perihal kesehatan lainnya tertulis dengan jelas. Namun, lanjut Totok, sapaan akrabnya, ada satu yang luar biasa. Masyarakat Bojonegoro hampir 100 persen terkaver BPJS.
Sedengkan pada Bab 5 dengan sub judul membangun manusia. Pada bab ini pembaca diajak berpikir. Bojonegoro diarahkan menuju masyarakat yang modern. Salah satunya pembentukan smart city, dan salah satu komponen terlibat yaitu SPBE.
Masyarakat Bojonegoro bisa memahami permasalahan dan langkah yang dilakukan oleh pemerintah. Bagaimana suatu gagasan dipikiran penulis bisa terlaksana. Setelah terlaksana didokumentasikan lewat tulisan. Dari tulisan tersebut bagaimana bisa dibaca oleh orang lain.
Sementara itu, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bojonegoro Badrut Tamam berkesempatan menyampaikan tanggapan mengenai buku. Bupati telah mengaktualisasikan pikiran-pikirannya.
“Siapapun di dalamnya tergambar setiap pemimpin harus punya komitmen kuat, Ibu bupati mewujudkan pikiran dan semuanya ada di buku,” pungkasnya.
Buku ini menarik karena tidak semua pemimpin mampu dan berani membuat sebuah buku di penghujung kepemimpinannya. Bupati mengaktualisasikan, sementara kekurangan jadi evaluasi. Sebuah sifat kepemimpinan yang transparansi.
“Ini sebuah keterbukaan, sebuah sifat kepemimpinan yang transparan dari beliau. Beliau adalah pemimpin yang tidak alergi terhadap kritik,” katanya.