BOJONEGORO, Wartagres.Com – Pemkab Bojonegoro meraih penghargaan dari Pusat Riset Hortikultura dan Perekebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Penghargaan ini atas langkah Pemkab melakukan pelestarian, legalisasi dan dan pengembangan sumberdaya genetik (SGD) pertanian lokal. Langkah ini untuk mendukung peningkatan produksi tanaman holtikultura dan perkebunan.
Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi langkah Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah. Yakni dengan aktif dan terus menerus melaksanakan pendaftaran varietas unggul lokal komoditas hortikultura sejak 2020 hingga 2023.
Terkait penghargaan ini, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bojonegoro, Helmi Elizabeth menuturkan Kabupaten Bojonegoro sejak tahun 2020 telah mendaftarkan 9 varietas tanaman. Diantaranya 3 varietas durian unggul lokal yaitu Durian Mugit, Pandan Arum yang telah mendapatkan tanda daftar dari PPVT Kementerian RI dan Durian Kuning mentega yang saat ini sedang dalam proses pendaftaran.
Selain durian, saat ini juga sedang dilakukan proses pendaftaran untuk SDG yang lain, diantaranya SDG alpukat lokal dari Desa Pajeng Kecamatan Gondang; dan jambu air dari Desa Plesungan Kecamatan Kapas; 2 varietas salak dari Desa Wedi Kecamatan Kapas; dan 2 varietas salak dari Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander.
“Pendaftaran varietas merupakan wujud nyata pemerintah dalam melindungi sumber daya genetik sebagai plasma nutfah yang harus dijaga, dilindungi dan dilestarikan keberadaannya,” katanya saat dikonfirmasi Jumat (22/9/2023).
Tujuan pendaftaran ini, lanjut Helmi, SDG local yang unik (memiliki karakter yang berbeda dari komoditas sejenis yang sudah terdaftar) perlu dilakukan karakterisasi untuk mendapatkan ciri spesifik yang merupakan pembeda dari varietas/SDG lainnya. Proses karakterisasi terhadap tanaman dilakukan secara menyeluruh pada semua bagian tanaman mulai pohon, daun, bunga, buah yang dilakukan pengamatan secara detail. Yakni hingga ke uji organoleptic/rasa dan uji nutrisi buah. Sehingga diperoleh data karakter tanaman yang benar-benar berbeda dari tanaman yang sudah dilepas oleh kementerian pertanian sebagai varietas unggul lokal.
Menurut dia, banyak sumber daya genetik lokal yang keberadaannya oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap tidak penting ternyata menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Terutama saat dibawa oleh peneliti luar negeri.
Salah satu contohnya adalah bunga pacar air yang di Indonesia merupakan bunga biasa tetapi di jepang bunga ini menjadi berharga dan memiliki nilai ekonomis setelah dilakukan persilangan-persilangan sehingga menghasilkan warna-warna bunga baru.
“Penghargaan ini juga pertama kali diberikan oleh Pusat Riset Hortikultura dan Perekebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional kepada Pemerintah Daerah,” tambah Helmi.